Jakarta 14/12/2020 KPAP.

Komite Profesi Akuntan Publik (KPAP) menggelar webinar perdana dengan tajuk “Link and Match antara Kebutuhan Dunia Kerja Profesi Akuntan Publik dan Dunia Pendidikan Perguruan Tinggi “ pada hari Kamis tanggal 26 November 2020. 

Webinar ini disiarkan secara langsung lewat kanal Youtube KPAP. 

Pada saat membuka kegiatan ini sekaligus menyampaikan keynote, Ketua KPAP, Firmansyah N. Nazaroedin, Ak., M.SC.  memperkenalkan bahwa Komite Profesi Akuntan Publik (KPAP) adalah komite yang bersifat independen yg dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik dan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2012 tentang Komite Profesi Akuntan Publik.

Keanggotaan KPAP bersifat kolegial, berjumlah 13 (tiga belas) orang yang mewakili 13 (tiga belas) unsur yang terkait dengan profesi Akuntan Publik yaitu Kementerian Keuangan; Asosiasi Profesi Akuntan Publik; Asosiasi Profesi Akuntan; Badan Pemeriksa Keuangan; otoritas pasar modal; otoritas perbankan; akademisi akuntansi; pengguna jasa Akuntan Publik; Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; Dewan Standar Akuntansi Keuangan; Dewan Standar Akuntansi Syariah; Dewan Standar Profesi Akuntan Publik; dan Komite Standar Akuntansi Pemerintah.

Firmansyah juga menyampaikan bahwa KPAP mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Menteri Keuangan maupun Asosiasi Profesi Akuntan Publik serta pihak lain yang terkait dalam rangka pemberdayaan profesi Akuntan Publik (AP) dan berfungsi sebagai lembaga banding bagi AP yang mengajukan keberatan terhadap hasil pemeriksaan dan sanksi administratif dari Menteri Keuangan.

Pelaksanaan webinar perdana ini adalah salah satu upaya KPAP dalam memberikan pertimbangan terhadap kebijakan pemberdayaan, pembinaan, dan pengawasan AP dan Kantor Akuntan Publik (KAP).

Ketua KPAP mengharapkan webinar ini dapat memperluas perspektif dari berbagai sudut pandang area pendidikan, profesi, dan user. Dengan adanya link and match antara kebutuhan dunia kerja profesi AP dan dunia pendidikan perguruan tinggi diharapkan dapat berkontribusi dalam proses peningkatan kompetensi dan kualitas jasa yang diberikan oleh AP. Hal ini sejalan dengan yang salah satu tugas dalam memberikan pertimbangan terhadap kebijakan pemberdayaan, pembinaan, dan pengawasan AP dan KAP.

Pembicara dalam webinar ini yaitu Anggota KPAP yakni Suyanto, S.E., M.B.A., Ak., Ph.D., CA, Wakil Ketua I Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Kompartemen Akuntan Pendidik yakni Dr. Nanny Dewi, M.Comm, Ak., CA, Senior Partner RSM Indonesia yakni Angela Simatupang, M.Comm, CIA, CRISC, CRMA, CFE dan Advisor for Accounting and Portfolio Management yakni Danny R. Pratama S.E., Ak., M.B.A., CA, CPMA, CRMP, CERG, ACPA.

Narasumber pertama, Suyanto menyampaikan bahwa terdapat kesenjangan antara pendidikan akuntansi dengan persyaratan dunia kerja (Albrecht dan Sack, 2000, Darmawan, Sinaga, dan Wibowo, 2019). Atas dasar itu, KPAP melakukan kajian lebih lanjut terkait link and match antara kebutuhan dunia kerja dan dunia pendidikan perguruan tinggi. 

Dari kajian tersebut, ada 2 (dua) isu utama yaitu isu gap (kesenjangan) dan isu minat. Pada isu gap (kesenjangan), terdapat beberapa faktor utama diantaranya cepatnya perubahan kurikulum, pengajaran yang masih kurang mengakomodasi praktik akuntansi dan audit, kurangnya praktisi yang mengajar dan perlunya meningkatkan kualifikasi dosen yang mengajar. Sementara pada isu minat perlu dilakukan perbaikan terkait isu lingkungan kerja yang dekat dengan persepsi working overloads dan long hours, industri KAP dengan persaingan dan risiko kerja yang tinggi namun fee rendah dan program magang yang belum terarah untuk menarik minat mahasiswa berkarir sebagai profesi AP. 

Suyanto menyampaikan solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi permasalahan diatas dengan mencoba menurunkan gap melalui pengembangan kurikulum yang perlu melibatkan asosiasi profesi, industri dan perguruan tinggi, meningkatkan pembelajaran berpraktik dan desain program magang yang terarah. Pengenalan tools audit dan sosialisasi standar dan isu terkini juga harus dilakukan. Terkait dengan sumber daya, gap dapat diturunkan melalui sertifikasi dosen terkait pengajaran audit, training for trainers dan secondment untuk dosen sehingga paham pola kerja profesi AP serta perlunya praktisi untuk dapat mengajar langsung terkait audit. 

Untuk meningkatkan minat milenial dan Gen Z menjadi AP, beberapa hal yang dapat mendorong peminatan diantaranya promosi profesi AP dengan konten yang menarik harus gencar dilakukan, mendorong KAP untuk menciptakan lingkungan kerja sesuai dengan ekspetasi generasi saat ini dan pengendalian praktik ilegal. 

Narasumber kedua, Nanny Dewi menjabarkan upaya-upaya yang telah dilakukan dalam memperkecil gap antara dunia pendidik dan dunia kerja diantaranya dengan melakukan tracer study para lulusan perguruan tinggi (PT) untuk mengetahui penerimaan lulusan tersebut di dunia kerja.

Nanny juga sependapat dengan narasumber pertama terkait dengan solusi untuk menurunkan gap link and match yang dapat diimplementasikan melalui kolaborasi antara dunia pendidik dan industri. Kolaborasi dalam pengajaran dapat dilakukan melalui kuliah umum, simulasi praktik audit, penelitian, kunjungan ke perusahan dan program magang mahasiswa. Melalui kolaborasi ini, diharapkan mahasiwa memahami lebih dalam terkait profesi akuntan publik dan siap kerja saat lulus kuliah. Nanny juga sepakat perlunya kesempatan dosen magang di KAP sehingga ada eksperimen nyata saat melakukan pembelajaran di kelas kepada mahasiswa. Terakhir, keterlibatan mahasiswa untuk menjadi anggota muda profesi juga diharapkan mendorong meningkatnya minat berprofesi AP.

Namun keterbatasan sumber daya pada PT, perbedaan konsep magang antara PT dan industri serta adanya ketidaksinambungan kerjasama antara PT dan industri menjadi tantangan tersendiri dalam masalah link and match ini.

Dari sisi kebutuhan user, menurut narasumber ketiga, Angela Simatupang, untuk menjadi profesional harus memiliki kompetensi dan keahlian tertentu di tingkatan jenjang karirnya sesuai dengan kebutuhan dan ekspektasi dari pemberi kerja, clients, kolega kerja dan public. Kompetensi dan keahlian ini tidak hanya didapat dari bangku kuliah namun juga dari pihak-pihak lain yang memberikan edukasi dan sertifikasi di bidang akuntansi dan audit. 

Dalam memasuki dunia kerja, user mengharapkan pekerja memiliki proses pola pikir yang baik sehingga mampu mengaplikasikan pengetahuan di dunia kerja, cepat beradaptasi, memahami industri clients, memahami risiko dari pekerjannya dan memiliki independensi.

Kemampuan komunikasi juga harus dimiliki supaya bisa menciptakan tim yang kolaboratif dan membangun jaringan dari asosiasi profesi. Kualitas personaliti dan nilai keunikan individu tidak kalah penting. Pekerja diharapkan memiliki empati dan tidak hanya memikirkan diri sendiri dalam bekerja.

Angela mengingatkan pentingnya kemampuan memahami pengetahuan tentang auditing, mengetahui tahapan audit, memahami standar dan update ketentuan terkini tentang audit dan akuntansi. Kemampuan-kemampuan tersebut adalah kompetensi mutlak yang harus ada apabila memutuskan untuk berkarir sebagai auditor atau AP.

Dalam pemaparannya, Angela berpendapat bahwa kemampuan yang masih harus ditingkatkan  oleh auditor atau AP adalah kemampuan interpersonal, menulis, komunikasi dan keahlian melakukan presentasi dengan terstruktur dan terarah.

Narasumber terakhir, Danny R. Pratama mengatakan bahwa kebanyakan lulusan baru kurang memahami konsep dan kurang melakukan praktik sehingga proses hasil kerja dibawah ekspektasi dan kemampuan beradaptasi relatif lama. Sementara, dunia usaha membutuhkan tenaga kerja yang sudah siap bekerja 75% dengan proses adaptasi yang relatif cepat.

Kompetensi yang diharapkan dari milenial akuntan adalah mampu mengendalikan dan mengelola dengan efektif dan efisien, pemahaman konsep yang solid sehingga dapat mengimplementasikan di dunia kerja, mampu menganalisa dan memiliki keluasan berpikir serta menguasai teknologi dan mampu memanfaatkan teknologi tersebut. 

Menutup diskusi pada webinar link and match ini, Danny menjabarkan beberapa ide yang dapat menjadi solusi atas gap yang ada saat ini, diantaranya gaya mengajar pada PT lebih milenial agar membangun antusiasme generasi saat ini. Prioritas mata kuliah harus menekankan pada pengetahuan yang relevan pada dunia kerja. Selain itu, perlunya kolaborasi dengan fakultas lain untuk penguatan cross competencies, melatih kesantunan, etika dan disiplin kerja serta promosi pembelajaran mandiri dinilai mampu menjadi solusi atas link and match antara kebutuhan dunia kerja profesi AP dan dunia pendidikan PT.

Penulis: Mahendra Tri Oktavianto/Ira Rani Puspa | Penyunting: Darmawan Bima Prasetya HS | Fotografer: Azzam Syahid Al Jundi

Bagikan Artikel ini

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn
Share on email
Email
Share on whatsapp
WhatsApp

Artikel Terkait

Laporan Kegiatan KPAP 2023

KPAP telah menyampaikan hasil kinerja selama tahun 2023 dan rencana kerja tahun 2024 yang terangkum dalam Laporan Kegiatan KPAP Tahun 2023 kepada Menteri Keuangan. Laporan

Read More »

Langganan Informasi dan Berita

  • Daftarkan email Anda untuk menerima informasi dan berita terbaru dari laman KPAP. Tekan enter atau klik tombol di bawah untuk menyimpan.

Sekretariat KPAP